Dilaporkan oleh Profesor Dr. Hendry Jurnawan)
Pada tanggal 23 November 2024, di China, Fujian Polythenic Normal University melaksanakan Konferensi Internasional Tiongkok-Indonesia tentang persahabatan dan Pertukaran Budaya , tahun 2024 di Fuqing, ternyata sukses besar.
Tema konferensi ini adalah “Diversifikasi pendidikan dan pengajaran, mengupayakan pembangunan persahabatan bersama, dan membangun komunitas bersama Tiongkok-Indonesia dengan masa depan yang saling menguntungkan.” Konferensi ini dibagi menjadi lima forum tematik, (1) Pertukaran budaya dan pembangunan komunitas Tiongkok-Indonesia dengan masa depan bersama, (2) Sejarah dan pembelajaran timbal balik pertukaran peradaban yang realitas antara Tiongkok dan Indonesia, (3) Tren baru dalam kerja sama ekonomi Tiongkok-Indonesia, (4) Pertukaran budaya, khusus pangan Tiongkok-Indonesia dan industrialisasi makanan tradisional, (5) Pertukaran dan kerja sama media Tiongkok Indonesia di era digital
Hadir dan memberikan kata sambutan Konjen KBRI di Guangzhow Ben Perkasa, Wakil Menteri kementerian RI, Bidang Pembangunan Manusia dan Budaya, Wasyito , Ketua Asosiasi Pengusaha Tionghoa Indonesia, Zhang Jinxiong, Terdapat 3 guru besar dari pihak Indonesia, sebagai pembicara ilmiah tingkat utama, antara lain.1) Prof. Dr. Rokhmin Dahuri, MSc Anggota DPR RI; Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Republik Indonesia;2) Prof dr Fasli Djalal, Ph.D, Rektor Universitas Yarsi Indonesia, 3) Prof Ir Aman Wirakartakusumah, Ph. D , Rektor IPMI (Business Magement of IPMI University), Indonesia.
Jumlah peserta dari se Tiongkok, Hongkong dan Macau adalah 267 pakar, peneliti, guru besar, cendekiawan, Terdapat 35 pakar, peneliti dan guru besar dari Indonesia, Malaysia dan Jepang.
Seluruh kegiatan dipusatkan di Fuqing Rongqiao Hotel, aula utama serbaguna ” Huiyu”
Prof. Dr. Rokhmin Dahuri, MSc Anggota DPR RI; Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Republik Indonesia; dan Guru Besar Bidang Pembangunan Pesisir dan Laut Berkelanjutan, guru besar senior Institut Pertanian Bogor (IPB University) dalam pidato ilmiah mengemukakan:
Indonesia dan Tiongkok juga memiliki kepentingan bersama dalam menjaga perdamaian dan keamanan regional. Stabilitas kawasan kita berdampak langsung pada kemajuan ekonomi dan kesejahteraan rakyat kita. Sebagai bagian dari kemitraan strategis kita, kita berupaya untuk bekerja sama erat dengan Tiongkok guna mendorong kawasan Asia-Pasifik yang damai dan stabil.
Presiden Republik Indonesia Prabowo menyadari perlunya memperkuat kerangka diplomatik dan keamanan yang dapat mengatasi tantangan di Laut Cina Selatan, serta titik panas geopolitik lainnya di kawasan tersebut. Visi kita adalah dialog yang inklusif, kerja sama multilateral, dan nilai-nilai bersama tentang hidup berdampingan secara damai.
Kami percaya bahwa melalui komunikasi yang terbuka dan komitmen untuk saling menghormati, Indonesia dan Tiongkok dapat berkontribusi pada Asia-Pasifik yang lebih aman dan lebih damai.
Dengan mendorong program pertukaran budaya, kolaborasi akademis, dan pendidikan bahasa, kita memperkuat pemahaman budaya dan rasa saling menghormati. Kami berharap dapat memperluas program pendidikan yang memungkinkan para siswa, akademisi, dan peneliti untuk saling belajar dan mengembangkan pengetahuan serta keterampilan baru.
Pidato ilmiah yang dikemukakan Prof dr Fasli Djalal, Ph.D, Rektor Universitas Yarsi dengan mengutip pidato presiden Tiongkok Xi Jinping di markas besar UNESCO di Paris pada tanggal 27 Maret 2024.
“Peradaban telah menjadi lebih kaya dan lebih berwarna dengan pertukaran dan pembelajaran bersama. Pertukaran tersebut dan saling belajar membentuk dorongan penting bagi kemajuan manusia dan perdamaian dan pembangunan global.”
Mempelajari bahasa mandarin melalui sekolah formal yang didukung oleh program sukarelawan guru 2004-2019 • Jumlah total sukarelawan guru yang berpartisipasi dalam program pendidikan bahasa mandarin sepanjang sistem sekolah adalah 1.020 orang • ditempatkan di 21 provinsi di seluruh Indonesia • Jumlah siswa yang diajar 1.610,00 orang 1. Penyelenggaraan ujian HSK (ujian standarisasi Mandarin) di Indonesia dimulai tahun 2000 dengan peserta 1.200 orang, sampai tahun 2019, tahun itu saja ada 14.420 peserta ujian. Total hampir dua dasawarsa adalah kurang lebih 80.000 peserta ujian HSK.
Dalam kesimpulan yang dikemukan oleh Prof Fasli, bahwa Indonesia dengan Tiongkok dalam mencapai tujuan bersama mereka sebagai dua negara besar dan dua peradaban besar • Hubungan bilateral antara Indonesia dan Tiongkok ditandai oleh sejarah kerja sama yang lama dan saling menghormati, digarisbawahi oleh ikatan budaya, ekonomi, dan diplomatik yang kuat.
Meskipun ada periode kemunduran, kedua negara secara konsisten terlibat dalam inisiatif kolaboratif, berkontribusi secara signifikan terhadap stabilitas dan kemakmuran regional melalui kerangka dialog dan negosiasi, menekankan komitmen mereka terhadap masa depan yang stabil dan makmur.
Pidato ilmiah dari Prof Ir Aman Wirakartakusumah, Ph. D , Rektor IPMI (Business Magement of IPMI University) menyoroti hubungan kuliner yang telah terjalin erat antara Tiongkok dan Indonesia, dengan menekankan bagaimana pengaruh budaya Tiongkok telah membentuk budaya makanan Indonesia. Salah satu contoh utama adalah industrialisasi mi instan, makanan pokok yang awalnya terinspirasi dari kuliner Tiongkok. Industri ini berkembang pesat di Indonesia, di mana mi tradisional Tiongkok dipadukan dengan cita rasa lokal untuk menciptakan “mi dengan rasa Indonesia” yang sangat digemari. Perpaduan ini mencerminkan harmoni antara warisan budaya dan inovasi modern, menunjukkan bagaimana makanan dapat menjadi jembatan yang kuat untuk pemahaman budaya.
Selain mi, pembahasan juga menekankan tempe sebagai hadiah unik dari Indonesia untuk dunia. Dikenal karena keberagamannya dan nilai gizinya, tempe dengan mudah menyatu dalam berbagai jenis masakan sambil mempertahankan statusnya sebagai simbol warisan budaya otentik Indonesia.
Prof. Aman menekankan potensi besar tempe yang belum sepenuhnya dimanfaatkan sebagai pilar identitas kuliner Indonesia dan superfood global. Berbeda dengan mi yang telah melalui proses industrialisasi, tempe menawarkan peluang untuk menampilkan warisan budaya kaya Indonesia di panggung dunia. Industrialisasi tempe tidak hanya akan meningkatkan pengakuan global tetapi juga membuka peluang ekonomi yang signifikan, berkontribusi pada industri kreatif Indonesia.
Saat ini, industri kreatif menyumbang sekitar 63% dari PDB Indonesia dan mempekerjakan 97% tenaga kerja, mencerminkan peran luas warisan budaya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Upaya ini sejalan dengan komitmen UNESCO untuk melestarikan warisan budaya takbenda, sebagaimana terlihat dalam pengakuan teh tradisional Tiongkok dan pengajuan Jamu serta Tempe dari Indonesia. Demikian diungkapkan Prof Aman.
Rektor Fujian Polytechnic Normal University , Prof Dr, Wu Keshou, selaku tuan rumah penyelenggara konferensi ini, menyampaikan pidato, sambutan selamat datang, mengatakan bahwa di musim semi yang indah ini, saya sangat senang bisa berkumpul dengan semua orang di Fuqing, Fuzhou, Fujian, tiga Fu (Hok= Rejeki), suatu kampung halaman terkenal orang Tionghoa perantauan ke Indonesia dan “Tanah Tiga Blessing”, untuk berpartisipasi dalam Pertemuan Internasional Pertukaran Budaya dan Pembangunan Sumber Daya Manusia Tiongkok-Indonesia yang saling menguntungkan di tahun 2024.
Ditegaskan Rektor FPNU, bahwa pada bulan Maret tahun ini, Presiden Republik Indonesia Prabowo mengunjungi Tiongkok untuk pertama kalinya dan kedua kali melakukan kunjungan kenegaraan kami Tiongkok dan negara lainnya pada awal bulan Nopember 2024 tahun ini, yang sepenuhnya mencerminkan hubungan erat, tingkat tinggi, dan strategis antara kedua negara.
Kedua kepala negara Indonesia – Tiongkok telah mencapai konsensus penting dalam mendorong kemitraan strategis yang komprehensif dan membangun komunitas Tiongkok-Indonesia dengan masa depan bersama, menyediakan platform untuk membangun komunitas dengan masa depan bersama dengan pengaruh regional dan global dan terus mencatat babak baru dari penguatan diri bersama, persatuan dan kolaborasi, serta saling menguntungkan di antara sejumlah negara-negara berkembang .(Dilaporkan oleh Profesor Dr. Hendry Jurnawan).
Profil Penulis:
Hendry Jurnawan,lahir di Pontianak, Anggota PWI, Alumni Doktor UNJ, guru besar kehormatan pada Fujian Polytechnic Normal University, Tiongkok, mantan anggota DPRD Kalbar 1992-1999, Dosen tamu bahasa Indonesia di Tiongkok.