Oleh. Prof. Dr. Hendry Jurnawan
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dunia telah mengubah
hidup manusia di era globalisasi, semakin modern dan serba canggih. Zaman ke zaman, dunia semakin maju. Dulu perang pakai pedang dan parang, sebagian naik kuda berhadap hadapan, kini kemajuan tekhnologi, kalau terjadi perang besar, alutsistanya semakin canggih, sudah jarak jauh, rudal balistik , nuklir. Ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat, membuat manusia makin hari makin cerdas. Kejahatan pun ikut berkembang maju cepat.
Dunia kini serba cepat dan canggih, saat semula mulai diketemukan komputer, serba kilat dan berjaringan global, apalagi sekarang internet, Siapa sangka dari jarak jauh interlokal ke Amerika tidak bayar. Rapat kerja jarak jauh lewat zoom. Sebagian mahasiswa kuliah sudah jarak jauh, online. Koran dan medis cetak sudah ketinggalan, Peristiwa terjadi di hutan Afrika, dalam 5 menit , berita sudah muncul di YouTube dan tersebar ke mana mana, tapi kejadiannya apakah benar atau editan? Electronik medsos sangat canggih, bisa hitam putih, fakta dan hoax. Apakah ini disebut akibat era globalisasi?
Apa sebab negara tirai bambu begitu kaya dan maju? Produk buatannya harga sangat murah dan menjamur di mana mana. Hampir tiap negara ada jual produknya, termasuk tekstil dan sangat mudah dibeli. Hampir negara eropa tidak bisa menyaingi, karena ongkos terlalu murah, upahnya merakyat tidak memberatkan. Penulis bukan bangga dan memuji Tiongkok, serta apalagi belum siap dikatakan sebagai kelapa condong. Kita nilai sendiri saja.
Berbeda dengan negara eropa, utamakan produk mutu tinggi, produknya berkualitas dan tahan lama, tapi harganya mahal, karena pekerja dibayar mahal, bahan baku pilihan. Apakah ini disebut tidak efisiensi? Berbeda dengan negara panda atau istilah “kucing seperti beruang besar”, selalu utamakan hemat biaya, upah buruh rendah, produktivitas tinggi, menghasilkan produk harga relatif murah dan mampu bersaing. Negara bangsa kulit kuning ini selalu utamakan efisiensi waktu, hemat biaya, maka produk dihasilkan pasti murah. Sekarang Jepang dan Korea Selatan ikut ikutan utamakan efisiensi dibackup kecepatan inovasi.
Negara tirai bambu mulai merdeka sejak tahun 1949, adalah miskin terbelakang, sering dihina dan ditertawai oleh negara maju.
Namun, gebrakan besar-besaran terjadi pada tahun 1980-an ketika Deng X/aoping naik tahta menggantikan Mao Zedong. Pertama, aspek ekonomi, Presiden Deng mengundang ratusan pengusaha dan investor dari luar negeri (kebanyakan dari barat) untuk berinvestasi di negara terkenal tembok besar itu.
Negara komunis berkapitalis bersejarah ribuan tahun ini
tidak pusing banyak negara menyebutnya Cina. Mereka tidak masalah, yang penting dengan pemikiran pragmatisme, strategi politik tersebut sangat melancarkan strategi gebrakan ekonomi dan pendidikan bagi generasi muda. Presiden Deng tidak lagi mementingkan kompetisi ideologi kapitalisme atau komunisme, namun justru saling berkolaborasi satu sama lain.
Presiden Deng pernah berkata “Tidak peduli apakah itu kucing putih atau kucing hitam, selama bisa menangkap tikus, itu adalah kucing yang baik.”. Tapi tidak sedikit rakyat negara berkembang dan maju benci Tiongkok komunis, Media masa eropa suka menjelekkan keterbelakangan, kebodohan dan kemiskinan negara Tiongkok, tapi apakah mereka itu pernah lihat fakta pembangunan negara pada saat ini. Sesungguhnya, tidak kalah eropa, jalan toll terpanjang di dunia, kereta cepat terintegrasi dari kota ke kota.
Tahun 1970-an tidak kelihatan mobil-mobil canggih ataupun kendaraan-kendaraan mewah lainnya di Beijing dan kota besar lainnya. Selain padatnya sepeda dan hanyalah seonggok bus kota reyot yang masih dipakai dengan kepulan asap kotor di mana mana.”
Industri nya selain hemat biaya, produk nya sangat fokus, pekerja dari pagi sampai sore, ada yang diteruskan malam. Rajin dan konsentrasi, jarang dengar terjadi buruh demo, nuntut upah naik.
Keberhasilan industri otomotif Eropa telah menjadi kekuatan penting dalam perekonomian dan keberhasilan industri di sejumlah benua selama beberapa dekade, tetapi kini sumber kekuatan tradisional industri otomotif tersebut terancam. Karena ada pendatang baru, Negara kuat Asia timur terluas ini , muncul mobil dengan harga relatif murah, apalagi mobil elektrik nya. Membuat produsen eropa jadi gentar!
Kita lihat Penurunan produksi mobil eropa secara bertahap. Eropa berusaha mempertahankan keunggulan, agar tidak terjadi penurunan pemasaran. Telah memaksa respon langsung perusahaan otomotif Eropa akan menentukan skenario seperti apa masa depan mereka.
Lambang keberhasilan industri Eropa, dengan empat dari sepuluh produsen mobil global teratas berdasarkan pendapatan berasal dari Eropa: Volkswagen, Mercedes-Benz, Stellantis, dan BMW. Akan tetapi, sumber tradisional dari rekam jejak industri otomotif yang secara konsisten mengesankan terancam secara serius.
Para indistrial menganalisis otomotif Eropa saat ini terhadap prospeknya di masa mendatang, dengan melihat kekuatan pesaing pendatang sebagai pemain baru, otomobil negara yang memajukan ilmu pengetahuan ini merupakan kerentanannya yang muncul bagi negara lebih dulu maju. ( Dikutip dari berbagai sumber sebagai refrensi)